Kamis, 16 April 2009

Olah Limbah Jadi Rupiah

Tumpukan sampah bukan pemandangan yang aneh di kota-kota besar seperti Jakarta. Bau menyengat, lalat yang beterbangan, belatung yang menari-nari itu juga hal biasa buat orang kota. Karena mereka menganggap sudah ada petugas yang akan datang dan membersihkan semuanya, jadi cukup dengan menutup hidung tanpa menoleh dan jalan tergesa-gesa ketika melintasi tumpukan sampah. Bahkan mereka juga tidak mau tau dibawa kemana tumpukan sampah yang menggunung itu setiap harinya oleh truk-truk sampah.

Ironis memang, semua orang sibuk dengan aktivitasnya sehingga tidak sempat memikirkan masalah sampah padahal itu semua mereka yang menghasilkannya. Sudahkah kita menghitung berapa banyak sampah yang kita hasilkan dalam satu hari?satu keranjang atau satu kantong plastikkah?jika dalam satu bulan atau satu tahun berapa banyak yang kita sumbangkan untuk polusi udara, polusi air dan tanah.

Tapi patut kita syukuri, ternyata masih ada sekelompok orang yang mau dan peduli terhadap sampah, ditangan mereka yang kreatif dan inovatif sampah disulap menjadi barang yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai jual tinggi sehingga menghasilkan jutaan rupiah. Diantaranya di tangan Bapak Aswin Aditya sampah plastik disulap menjadi tas, payung dsb untuk diekspor ke luar negeri, di tangan Bapak Ahmad Baedowy botol plastik dan gelas plastik disulap menjadi biji pelet plastik sebagai bahan baku pabrik plastik, di tangan Bapak Ujang Solichin sampah organik disulap menjadi briket sebagai pengganti bbm untuk memasak, dan masih banyak lagi aktivis-aktivis lingkungan hidup yang mengubah sampah menjadi rupiah. Kapankah kita bisa seperti mereka?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar